Nusantara Koi - Koi legenda biasanya datang dari kontes besar All Japan Show. Tapi Hanako jauh dari pesona kecantikan koi, ia hanya Higoi dengan warna merah yang sebagian meluruh putih, dan bentuk badan yang biasa-biasa saja. Hanako dikenang sebagai koi tertua yang tercatat di muka bumi: 226 tahun.
Pemiliknya adalah Dr. Komei Koshihara, presiden sebuah sekolah khusus perempuan, Women’s College di Nagoya. Ia tidak begitu dikenal pada mulanya. Sampai suatu hari di bulan Mei 1966 ia diwawancarai wartawan Radio NHK. Radio Jepang ini sebenarnya hendak menanyai Koshihara tentang sesuatu yang sungguh-sungguh disukainya. Jawabannya: “Saya senang ikan koi. Saya punya karper merah yang hidup di kolam rumah saya di Gifu. Namanya Hanako,” kata Koshihara.
Yang mengejutkan adalah ia menyebut usia Hanako saat ia diwawancarai: 215 tahun! Artinya, koi ini lahir ketika negara Amerika Serikat belum terbentuk, di era Jepang masih dalam kekuasaan Shogun Tokugawa.
Koshihara bercerita bahwa Hanako yang berkelamin betina sangat jinak dan sungguh bersahabat. Bahkan jika ia memanggil namanya, “Hanako! Hanako!” ikan ini akan mendekat untuk dibelai. Sesekali Hanako diangkatnya keluar kolam, ditaruh dalam wadah untuk melihat lebih dekat lagi. Koshihara bahkan punya puisi untuk Hanako:
There lives in our pond Hanako, a carp
Longer than two hundred years and still.
Still brightly aflame is Hanako, the red carp
Put a swimming long ago in Horeki by our forefather.
A bright day after rain, a killifish crosses the way
Of the red carp coming toward me at my call.
Hanako, Dear, thou eatest feed from my hand
Then fondlingly suckest thou my empty fingers.
The aged carp, knowing all the family history of ours,
Deep under the limpid water has gone.
Ia bukan juara kontes, bukan pula koi pemula. Tapi dunia koi menempatkannya dalam barisan koi yang tak terlupakan.
Ia mendapatkan koi itu dari neneknya. Sang nenek meninggal di tahun 1958 di usia 93 tahun. Nenek Koshihara pernah bercerita, Hanako sudah ada semenjak ia lahir. Dan sang nenek pun mendapatkan ikan ini dari mertuanya – kakek buyut Koshihara -- dengan pesan: “Ikan ini sudah ada di keluarga kita sejak dulu. Rawat dia baik-baik.”
Tidak heran jika, Koshihara sungguh menyayangi Hanako. Karena warnanya merah tua, Koshihara menamai Higoi ini dengan Hanako (merah padam). Bersama lima koi lainnya ia Koshihara merawat Hanako dengan telaten di kolamnya di Gifu, kaki pegunungan Ontake, Provinsi Mino, Jepang.
Lalu bagaimana Koshihara sampai berkesimpulan mengenai tahun kelahiran Hanako? Menurut pengakuan Koshihara sendiri, hitungannya berdasarkan lingkar tahunan di sisik koi yang bisa dihitung di bawah mikroskop -- sebagaimana pohon memiliki lingkar tahunan pada penampang batangnya.
Sebagai pimpinan sebuah perguruan tinggi, Koshihara dengan mudah memanfaatkan laboratorium sekolahnya. Maka suatu hari, Koshihara mencabut dua sisik Hanoko dengan pinset (ia bercerita tentang proses mencabut ini dengan suara sedih), lalu dibawanya ke Prof. Masayoshi Hiro, peneliti Laboratory of Domestic Science, Nagoya Women's College. Butuh dua bulan proses menghitung usia Hanoko, Masayoshi mengambil foto setiap nano permukaan sisiknya. Hitungannya pada saat itu: usia Hanoko 215 tahun! Nah, dengan metode yang sama, Koshihara juga mengetahui usia lima ikan koinya yang lain.
Setua-tuanya, Hanako hanyalah makhluk hidup yang fana. Koi sepanjang 70 cm itu ditemukan mati pada pagi hari 17 Juli 1977. Jika benar hitungan Profesor Hiro, Hanako mati di usia 226 tahun. Beratnya 7.5 kg. Berkat Hanako, sampai sekarang koi disebut sebagai binatang panjang umur.
Kendati begitu, tidak sedikit orang yang meragukan cara menghitung usia koi seperti ini, termasuk Peter Waddington, penulis Koi Kichi dari Inggris yang terkenal itu. Ada yang mengatakan, penampakan lingkar tahunan di sisik koi bisa dipakai sampai umur tertentu saja, tapi tidak sampai ratusan. Soalnya, lingkar tahunan itu bisa saja tidak akurat karena pengaruh cuaca, pertumbuhan tak normal dan lain-lain.
Benar tidaknya perkiraan usia Hanoko, ia pasti sudah sangat tua pada saat ditemukan mati. Lebih dari itu, Hanoko telah mendapat tempat sendiri di hati para penggemar koi di dunia.
Penulis : Tyo Arungtasik
sumber : Koi-s.org